Selasa, 04 Desember 2012

Tahukah Anda, Apa Yang Terkandung Dalam Pembalut Biasa Dan Apa Risikonya Bagi Kesehatan Anda?

Pembalut wanita adalah termasuk produk “cepat saji” dan produk sekali pakai. Karena itu, untuk menghemat biaya produksi, para produsen pembalut kerap mendaur ulang bahan sampah kertas bekas dan menjadikan sampah kertas bekas ini menjadi bahan dasar pembalut wanita.
Pembalut biasa menggunakan kertas daur ulang Nah, proses daur ulang sampah kertas bekas ini tentu banyak menggunakan bahan-bahan kimia untuk proses pemutihan kembali, menghilangkan bau dan proses sterilisasi bakteri yang terdapat pada sampah kertas bekas.
proses pemutihan kertas daur ulang

Bagaimana cara membuktikan bahwa bahan dasar pembalut saya adalah dari sampah kertas daur ulang dan mengandung bahan pemutih?

Hampir semua wanita tidak pernah tahu tentang pembalut yang biasa mereka beli dan pakai selama ini. Dan mereka tidak pernah curiga dan tidak pernah mencoba merobek atau mengamati bahan pembalut yang biasa mereka pakai. Banyak wanita suka membeli pembalut biasa yang ada di pasaran hanya memikirkan harga murah dan cukup enak dipakai, tanpa mengetahui sedikitpun resiko kesehatan dari pemakaian pembalut atau pantyliner biasa.
Coba lakukanlah pengujian sebagai berikut: bahan pembalut biasa yang menjadi keruh ketika dimasukkan dalam gelas berisi air
  1. Sobek produk pembalut anda, ambil bagian inti di dalamnya.
  2. Ambil segelas air putih. Usahakan gunakan gelas transparan sehingga lebih jelas.
  3. Ambil sebagian dari lembaran inti pembalut dan celupkan ke dalam gelas, aduk dengan sumpit.
  4. Lihat perubahan warna air.
  5. Apakah produk tersebut utuh atau hancur seperti pulp. Jika hancur dan airnya keruh, berarti anda menggunakan produk yang berkualitas buruk dan banyak mengandung bahan pemutih.
  6. Anda akan menemukan gulungan kertas dan bukan kapas.
  7. Bahan pemutih tersbut mengandung dioksin yang sering menyebabkan bagian intim organ kewanitaan selalu mengalami banyak masalah, seperti keputihan, gatal-gatal, iritasi, juga pemicu terjadinya kanker mulut rahim/serviks dan gangguan kesehatan reproduksi lainnya.

FAKTA 1:
Pembalut biasa yang ada di pasaran mengandung dioksin yang dipakai pada bahan pemutih.

Apakah Dioksin Itu, dan Apa Akibat yang Ditimbulkan Kalau Organ Intim Saya Terpapar Oleh Bahan Kimia Ini?

Hasil-hasil riset tentang dioksin berikut menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas:
  • Dioksin merupakan produk sampingan dari proses pemutihan yang digunakan dalam pembuatan produk kertas, termasuk tampon, sanitary pads (pembalut), panty liners, dan popok diapers. (Kongres Tampon Safety and Act, 1999)
  • Dioksin, walaupun dalam jumlah sedikit, terakumulasi dalam jaringan lemak (Endometriosis Association, 2004). Intervensinya sampai pada tingkat sel, yang akhirnya mempengaruhi DNA, metabolisme hormon, sistem endokrin, reproduksi, fungsi imunitas dan faktor pertumbuhan (Jurnal Environmental Health Perspective, 1995)
  • Wanita yang terpapar dioksin dapat mengalami gangguan endokrin pada berbagai tahap kehidupan yang meningkatkan risiko gangguan dan kondisi yang berkaitan dengan masalah hormon seperti ketidakteraturan siklus menstruasi, infertilitas/mandul, endometriosis, gangguan autoimun dan kanker sistem reproduksi. (National Institute of Health, 2005)
  • Dalam penelitian in vitro dan in vivo (dicobakan ke hewan), paparan 2,3,7,8-TCDD (senyawa klorin) positif merusak hingga ke tingkat genetik seperti kerusakan DNA, mutasi gen, pertukaran kromatid saudara dan transformasi sel. (IARC, 1997)
  • Paparan dioksin dalam kadar tinggi, selain berisiko menimbulkan kanker dan non kanker juga mengganggu pertumbuhan/perkembangan janin, bayi/anak, karena dioksin dapat ditransfer melalui plasenta dan ASI. (Tampon Safety and Act Congress, 1999)
  • Ambang batas dioksin dalam tubuh manusia adalah 1 pikogram/kg berat badan. (EPA, 1987)
  • Pada proses produksi, terdapat dioksin yang terbawa dalam bahan rayon dan daur ulang. (Dioksin in American Sanitary products, 1998)
  • Butuh minimal 8 tahun dari 50% dioksin dikeluarkan tubuh. (Fact Sheet of Dioksin, 2004)
  • Salah satu sumber dioksin adalah bahan pemutih, bleaching, bubur kertas. (Fact Sheet of Dioksin, 2004)
  • Para ahli kesehatan merekomendasikan pemakaian pembalut yang tidak diberi pemutih dan serat sintetik, karena pemutih dapat menyebabkan risiko kesehatan, termasuk kanker ovarium, kanker mulut rahim/serviks, kanker payudara. (Tampon Safety, 2003)
Bagaimana Dioksin Masuk ke Rahim? uap dioksin pada pembalut biasa masuk ke dalam vagina
Bila darah haid (bersifat panas) jatuh ke permukaan pembalut, maka zat dioksin akan dilepaskan melalui proses penguapan. Uap dioksin masuk ke liang vagina, terus masuk ke serviks bahkan ke rongga rahim bahkan sampai ke ovarium. (YLKI)

FAKTA 2:
Bahan pemutih yang mengandung dioksin meningkatkan risiko kesehatan, termasuk kanker ovarium, keputihan, kanker mulut rahim/serviks, dan kanker payudara.

Fakta-fakta Tentang
Kanker Mulut Rahim/Serviks

stadium kanker serviks atau kanker mulut rahim penderita kanker serviks atau kanker mulut rahim
  • Kanker serviks (mulut / leher rahim) adalah penyakit pembunuh wanita no 1 di dunia dengan jumlah penerita 630 juta (WHO).
  • Setiap hari kanker serviks merenggut nyawa 600 wanita di dunia dan 20 wanita Indonesia (YKI).
  • Menyerang 50% wanita usia 35-55 tahun, 50% lagi di bawah 35 tahun.
  • Di Indonesia, setiap hari 41 wanita terdeteksi kanker serviks (YKI).
  • Indonesia adalah negara dengan insiden kanker serviks tertinggi di dunia (WHO).
  • Peluang meninggal bila seorang wanita terdiagnosa kanker ini adalah 66%.

Bagaimana hubungan antara kanker serviks dan pemakaian pembalut yang mengandung bahan kima dioksin?

Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (human papillomavirus). Infeksi HPV sebenarnya hal yang biasa terjadi. Virus ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual. Kebanyakan orang dewasa telah terinfeksi HPV pada suatu saat dalam kehidupan mereka. Tetapi tidak semua wanita yang terinfeksi oleh virus ini menderita kanker serviks. Ada beberapa kombinasi faktor-faktor tambahan yang bisa meningkatkan risiko timbulnya penyakit ini, yaitu antara lain: kebiasaan merokok, melemahnya sistem kekebalan tubuh, adanya infeksi bakteri/virus lain dalam tubuh, kurangnya kebersihan, dan paparan bahan kimia.